Because Breastfeeding is worth fighting for!
Selamat Ayya sayang, sudah lulus
S1 ASI!
Mengutip artworknya Meida, ibu dari Maryam (Ayya), “Breastfeeding is worth fighting for!”.
Yes it is! Sebagai ibu baru, saat Kalisha (Asha) masih di dalam
perut, saya yakin sekali, bahwa ASI saya akan banyak, lancar, dan berlimpah
sampai dua tahun ke depan. Saat suami ragu, “Apa kita nggak sebaiknya menyiapkan ibu susu? Khawatir ASI kamu nggak langsung keluar pasca melahirkan”.
Saya dengan yakin menolak. Karena di usia kehamilan delapan bulan pun,
kolostrum sesekali keluar saat saya membersihkan puting.
Tidak ada drama saat melahirkan
dan pasca melahirkan. ASI pun lancar sesuai prediksi. Sampai kepanikan muncul
di satu minggu setelah saya bekerja. Asha mogok nyusu (nursing strike). Entah bingung puting atau kaget akan beberapa hal. Dia seperti trauma melihat puting dan
payudara selama 24 jam. Saya stres dan memutuskan tidak masuk kerja.
Alhamdulillah Asha mau menyusui lagi di penghujung hari.
Tapi khawatir hal semacam itu
kembali datang, saya memutuskan untuk memanggil konselor ASI yang
direkomendasikan seorang teman. Sengaja panggil ke rumah, dan mengumpulkan
kedua nenek Asha, suami, serta pengasuh Asha. Agar saya tidak berjuang
sendirian.
Di titik inilah, saya sadar, betapa
beratnya menyusui. Seketika mindset saya
berubah. Saya yakin saya mampu menyusui sampai Asha berusia dua tahun. Tapi
saya akan selalu bersyukur atas setiap tetes ASI yang saya dapat saat ini.
Karena entah apa yang akan terjadi esok. Jika Asha saat itu tidak mau menyusu
langsung sampai sekarang, bukan tidak mungkin payudara saya berhenti terangsang
sekalipun dipompa dengan berbagai breastpump.
Bukan tidak mungkin stok ratusan ASI saya akan habis dalam sekejap, dan Asha
tidak lagi bisa ngASI. Sekarang saya
mengerti, saat kata-kata “Hebat!”, “Salut!”, dan sebagainya diberikan pada ibu
yang sukses menyusui dua tahun, they
really mean it!
Itulah yang juga dialami Ayya. Si
cantik ini mengalami bingung puting karena mengempeng
dengan jarinya. Ya, jarang memang, biasanya bingung puting terjadi karena dot.
Berbagai cara dilakukan, tapi Ayya tetap tidak mau menyusu. Dalam hitungan
minggu stok ASI Ayya habis. Tinggal tersisa sedikit sampai Meida berpikir untuk
memberinya susu formula, atau memberikan MPASI lebih cepat. Saat itu, Ayya
berusia 5 bulan 1 minggu, dan masih ada 3 minggu menuju MPASI.
Saya tahu persis Meida sangat kontra
dengan segala jenis susu, apalagi susu formula. Sama dengan saya. Di sisi lain,
saya juga tahu betapa stresnya melihat stok yang menipis, berbanding terbalik
dengan susu yang dibutuhkan Ayya. Awalnya, saya menawarkan untuk memberikan
beberapa stok ASI saya untuk Ayya. Tapi setelah berbicara dengan konselor ASI
yang datang ke rumah, saya memutuskan untuk rutin memberikan ASI saya untuk
Ayya, sebanyak yang ia butuhkan.
Sebelum memutuskan ini, saya
khawatir ASI untuk Asha kurang. Apalagi saya sedang proses relaktasi dengan
Asha. Tapi bu Atun, sang konselor ASI ini meyakinkan, bahwa jangan takut ASI
kurang. Toh saat ini stok untuk Asha masih berlebih. Jadi ayo berbagi.
Akhirnya, setiap minggu selama 3 minggu, 25 kantong asi saya kirim ke rumah
Ayya. Alhamdulillah, sekarang Ayya sudah mulai MPASI. Tapi pintu saya masih
terus terbuka jika sewaktu-waktu Ayya butuh tambahan ASI.
Sampai sekarang saya masih terus
menanamkan dalam otak saya, bahwa saya memompa ASI untuk dua anak. Awal-awal
sempat panik kalau ASI yang keluar sedikit. Tapi sebaliknya, lama-kelamaan ASI
saya justru keluar lebih banyak dari biasanya.
Sekarang, Asha yang masih 3 bulan
sudah punya 2 saudara sepersusuan.. Perjuangan masih berlanjut. One year and nine months to go! Bismillah
aja ya sayang.. kita berjuang sama-sama.. J
Comments
Post a Comment